MOMEN
TRANSFORMASI NTT
Frits
R Dimu Heo, SH.MSi
Pengamat
Ekonomi Pembangunan
Hari ini adalah Hari Ulang Tahun Provinsi
Nusa Tenggara Timur yang ke 54, berbagai persiapan seremonial sudah dan sedang
dilakukan Pemprov NTT. Yang menjadi pertanyaan mengelitik adalah apakah setiap
tahun hanya diutamakan seremonial perayaan HUT NTT belaka.
Dalam
tulisan ini saya mengajak kita semua untuk berpikir akan masa depan NTT, apakah
Cuma jalan ditempat sejak Sunda Kecil diganti namanya menjadi Nusa Tenggara
tahun 1953 hingga sekarang ?. Mengandalkan
Leading sector Pertanian.
PARADIGMA
BARU :
Berbagai
perubahan besar di tingkah daerah akan memaksa berbagai pemerintah daerah termasuk
Pemda NTT untuk mau tidak mau harus meninjau ulang pendekatan dan cara pandang
mereka dalam mengelola daerah NTT. Saya setuju pendapat pengamat lain bahwa
saatnya NTT berubah dari leading sector Pertanian menjadi leading sector Pariwisata.
Perubahan
paradigma ini akan memaksa pemerintah
daerah untuk mentransformasi diri. Arti kata transformasi dalam kamus Besar Indonesia adalah “perubahan rupa (bentuk, sifat, fungsi, karakter, pola pikir dll),
perubahan gramatikal, menata kembali unsur-unsurnya”. Transformasi
dimaksud adalah dari ”bureaucratic-monopolistic government” menjadi
”entrepreneurial-competitive government.”
Entrepreneurial government
adalah pemerintah yang bijaksana dan selalu berpikir keras untuk melihat dan
memanfaatkan peluang yang muncul untuk memakmurkan dan meningkatkan kualitas
hidup masyarakatnya.
Sementara competitive government adalah pemerintah daerah yang mendorong adanya kompetisi di
antara penyedia layanan publik dalam upaya mereka memberikan excellent services
kepada para konstituennya, apakah itu investor, wisatawan, atau masyarakat
luas.
Perubahan
kedua mengharuskan mereka metamorfosis diri dari pemerintah daerah yang
bermental ”cuek-bebek” menjadi pemerintahan daerah yang berorientasi pelanggan
(customer-driven government) dan bertanggung-jawab (accountable government)
terhadap seluruh stakeholder-nya secara seimbang.
Customer-driven
government adalah pemerintah daerah yang selalu berorientasi dan peduli
terhadap setiap kebutuhan pelanggannya. Mereka secara serius mendengar
(misalnya melalui investor satisfaction survey) keinginan dan ekspektasi pelanggan
dan merespons setiap keinginan tersebut dalam rangka memuaskan mereka.
David
Osborne, seorang pakar manajemen pemerintahan, menyebut pemerintah semacam ini
dengan sebuah ungkapan, “put the customers in the driver’s seat (meletakan pelanggan
di kursi pengemudi)”.
Siapakah
pelanggan pemerintah daerah? Pelanggan utama tentu saja adalah masyarakat yang
mereka pimpin. Pelanggan lain adalah siapa saja yang memiliki potensi dan
kontribusi bagi upaya meningkatkan kualitas hidup masyarakat tersebut. Mereka
bisa investor yang menanam modal di daerahnya, kalangan industri yang
mendirikan pabrik di situ, atau turis asing yang berkunjung membawa devisa.
Customer-driven
government adalah juga accountable government yang sangat serius menempatkan
akuntabilitas publik pada posisi terdepan dalam praktek kepemimpinan mereka,
sebagai manifestasi “pertanggung-jawaban” mereka kepada pelanggannya.
Sementara
perubahan besar ketiga akan mendorong pemerintah daerah untuk mulai mengevolusi
diri dari pemerintah yang hanya memiliki “local orientation” menjadi pemerintah
yang memiliki “global-cosmopolit orientation.” Pemerintah daerah semacam ini
memiliki wawasan global. Mereka membuka diri terhadap masuknya sumber daya
global dan berupaya mendapatkannya, tidak peduli dari mana sumber daya tersebut
berasal. Mereka membuka diri terhadap investor asing, perusahaan asing,
kepemilikan asing, produk asing, teknologi asing, orang-orang terbaik asing, sepanjang
semua memiliki kontribusi positif terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat.
Di
samping itu global-oriented government juga berupaya keras membangun kemampuan
inovasi, kapabilitas operasional, dan jaringan berskala global.
Rosabeth
Moss Kanter menyebutnya 3Cs: Concept, Competence, Connection sebagai jembatan
bagi mereka untuk dapat berpartisipasi dan mengambil keuntungan maksimal dari
terbentuknya ekonomi global.
Berdasarkan
konsep 3Cs itu Moss Kanter mengatakan bahwa untuk sukses di dalam ekonomi
global setiap daerah harus dengan tepat memposisikan diri berdasarkan tiga
pilihan positioning berikut. Pertama, berdasarkan C yang pertama yaitu Concept,
daerah harus memposisikan diri sebagai penghasil konsep dan ide dalam rangka
mewujudkan inovasi yang memiliki nilai pasar. Contoh daerah semacam ini adalah
Silicon Valley di Amerika atau Bangalore di India.
Kedua,
berdasarkan C yang kedua yaitu Competence, daerah harus memposisikan diri
sebagai pusat manufaktur di mana daerah tersebut memiliki kemampuan memproduksi
barang / jasa dengan kompetensi dalam quality, cost, delivery (QCD) yang kokoh.
Contoh dari daerah semacam ini adalah Tangerang yang menjadi basis operasi
perusahaan-perusahaan yang berkantor pusat di Jakarta, atau singapura menjadi
basis pariwisata Asia.
Ketiga,
berdasarkan C yang ketiga yaitu Connection, daerah harus memposisikan diri
sebagai hub yang memungkinkan para pedagang (trader) dari seluruh dunia
berinteraksi satu sama lain dan membangun jaringan. Daya saing utama dari
daerah semacam ini terletak pada kemampuannya sebagai penghubung dan pemberi
akses bagi satu pihak tertentu kepada sumber daya pihak lain dari seluruh
dunia. Contoh dari daerah semacam ini adalah Cina yang menjadi business hub
bagi para pebisnis dari seluruh kawasan Asia.
TRANSFORMASI KARAKTER DAN
POLA PIKIR
Transformasi
berikut yang perlu dilakukan Pemda NTT adalah perubahan karakter dan pola pikir
pemimpin daerah (Akademisi, businessman dan governance) yang melahirkan
pemimpin berkarisma, berkarakter dan berpola pikir yang baik yang dibuktikan /
tolak ukurnya adalah berkurangnya tingkat angka kriminal dan kejahatan sosial
lainnya ditengah masyarakatnya dan meningkatnya kesejahteraan masyarakatnya,
karena pepatah mengatakan bahwa busuknya ikan dimulai bukan dari ekor melainkan
dari kepala, artinya jika para pemimpin daerah baik maka dengan sendiri yang dipimpin itu akan
meniru yang baik pula, dan endingnya biasa ditebak, rakyat akan semakin
sejahtera lahir dan batin. Contoh daerah seperti ini adalah di Kota Medellin
Kolumbia, bermula kota gembong narkoba internasional dipimpin oleh Pablo Escobar dan yang
secara konstan menyebabkan kejahatan konflik dan
perang berkepanjangan di Kolombia. Kota ini dikenal sebagai kota
dengan tingkat kriminalitas tertinggi di dunia. Tahun 1991 tercatat 6,349
pembunuhan, 10 kali lipat dari Chicago. Pemerintah Amerika Serikat menutup konsulernya di
kota ini dengan alasan keamanan tahun 1981. Namun Di awal abad 21, MedellĂn
telah menjadi kota yang aman bagi penduduk dan wisatawan asing karena perubahan
sosial dan ekonomi yang begitu pesat. Pemerintah lokal dibantu penduduk lokal
bergotong royong menghapus citra buruk dan meningkatkan citra kota, dengan
hasil yang dramatis, rakyat menjadi sejahtera.
Semoga menjadi roll model
bagi daerah NTT. Saatnya NTT berubah…….
**) Penulis adalah
pengamat Pembangunan Ekonomi NTT, gelar Magister Studi Pembangunan pada Universitas
Kristen Satya Wacana Salatiga.
Tulisan ini pernah dibuat di Victory News, hal 4 Opini tanggal 20 Desember 2012, untuk merayakan HUT NTT ke 54....